MENGILMUI ISLAM
KEWAJIBAN MUSLIM TERHADAP ISLAM (Bagian 3)
Mengilmui Islam
oleh: H. Abu Arifin
Manusia diberi dua kenikmatan, namun banyak di antara mereka yang tertipu. Rasulullah saw. bersabda: “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” [(H.R. al-Bukhari (no. 6412), at-Tirmidzi (no. 2304), Ibnu Majah (no. 4170), Ahmad (I/258,344), ad-Darimi (II/297), al-Hakim (IV/306)]. Banyak di antara manusia yang tidak menggunakan waktu sehat dan waktu luangnya untuk belajar tentang Islam dan menimba ilmu syar’i. Padahal dengan menghadiri majelis taklim yang mengajarkan Al-Quran dan As-Sunnah akan bertambah ilmu, keimanan, dan ketakwaannya kepada Allah saw. Juga dapat menambah amal kebaikannya.
Seorang muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Agama Islam adalah agama ilmu dan amal karena Nabi saw. diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih.
Allah swt. berfirman: “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi” [Al-Fat-h: 28]. Yang dimaksud dengan al-hudaa (petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat. Dan yang dimaksud dengan diinul haqq (agama yang benar) adalah amal shalih.
Beliau saw. menyuruh ummatnya agar mengikhlaskan ibadah semata-mata karena Allah swt., mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang baik dan melakukan amal shalih. Beliau saw. melarang ummatnya dari perbuatan syirik, amal dan akhlak yang buruk, yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan dunia dan akhiratnya.
Cara untuk mendapat hidayah dan dan agama yang benar adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Menuntut ilmu adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, tauhid dan syirik, sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf dan yang munkar, dan antara yang bermanfaat dan yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
1. Menuntut Ilmu Syar’i Wajib Bagi Setiap Muslim dan Muslimah.
Rasulullah saw. bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” [ H.R. Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik r.a.]. Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua. Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib. Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.
Ketahuilah, menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan tinggi yang tidak sebanding dengan amal apa pun.
2. Menuntut Ilmu Syar’i Memudahkan Jalan Menuju Surga.
Setiap muslim dan muslimah ingin masuk surga. Maka, jalan untuk masuk surga adalah dengan menuntut ilmu syar’i. Sebab Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)-nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” [H.R. Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid) ].
Di dalam hadits ini terdapat janji Allah swt. bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga. “Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua makna. Pertama: menempuh jalan dalam arti yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama. Kedua: menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menelaah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari).
“Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga” mempunyai dua makna. Pertama, Allah akan memudahkan memasuki surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syar’i dan mengamalkan konsekuensinya. Kedua, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga pada hari Kiamat ketika melewati “shirath” dan dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya.
Juga dalam sebuah hadits panjang yang berkaitan tentang ilmu, Rasulullah saw. bersabda. “Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju surga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang ‘alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.”[ H.R. Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid), dari Shahabat Abu Darda’ r.a].
Laki-laki dan wanita diwajibkan menuntut ilmu, yaitu ilmu yang bersumber dari Al-Qur-an dan As-Sunnah karena dengan ilmu yang dipelajari, ia akan dapat mengerjakan amal-amal shalih, yang dengan itu akan mengantarkan mereka ke surga. Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu muslim, baik dia sebagai orang tua, anak, karyawan, dosen, doktor, profesor, dan yang lainnya. Mereka wajib mengetahui ilmu yang berkaitan dengan muamalah mereka dengan Rabb-nya, baik tentang tauhid, rukun Islam, rukun Iman, akhlak, adab, dan mu’amalah dengan makhluk.
3. Majelis-majelis Ilmu adalah Taman-taman Surga.
Nabi saw. bersabda, “Apabila kalian berjalan melewati taman-taman surga, perbanyaklah berdzikir.” Para Shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Yaitu halaqah-halaqah dzikir (majelis ilmu).” [H.R. at-Tirmidzi (no. 3510), Ahmad (III/150) dan lainnya, dari Shahabat Anas bin Malik r.a.].
‘Atha’ bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah berkata, “Majelis-majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya.” Majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya diajarkan tentang tauhid, ‘aqidah yang benar, ibadah yang sesuai Sunnah Nabi saw., muamalah, dan lainnya.
Sebab, seseorang dapat memperoleh petunjuk, dapat memahami dan mengamalkan Islam dengan benar apabila ia belajar dari guru, kitab, dan cara yang benar. Sebaliknya, jika seseorang tidak mau belajar, atau ia belajar dari guru yang tidak mengikuti Sunnah, atau melalui cara belajar dan kitab yang dibacakan tidak benar, maka ia akan menyimpang dari jalan yang benar.
Wallohu a’lam.
Sumber:
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 1428H/2007. Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga; Panduan Menuntut Ilmu. Bogor: Pustaka At-Taqwa.
9 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
selamat datang di SMAISEMA
Sekolah Menengah yang berpedoman oleh ilmu sosial dan ilmu agama Islam. Sejak tahun 1960-an sampai saat ini SMA ISLAM SECANG masih exis di percaya oleh masyarakat untuk mendidik putra-putrinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
semakin kita diam semakin pula kita akan merasakan hati kita gelisah. kegelisahan datang dari kita sendiri. karena diam akan menghanyutkan prasangka baik kita kepada orang lain menjadi prasangka buruk.